personal picture |
Mengajarkan Akidah
Bagaimana caranya? simple, ajak mereka diskusi, tentu dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti anak seusia mereka. Ajak keluar rumah, perhatikan ayat-ayat kauniah (tanda-tanda alam) dan ajarkan kepada mereka bahwa alam dan prosesnya terjadi karena ada yang menciptakan. Ajarkan mereka mencintai dengan contoh keta’atan kita sebagai orang tua kepada Allah, dengan melaksanakan shalat, ibadah, dan amal shalih lainnya.
Memupuk rasa cinta terhadap Al-qur’an
Al-qur’an adalah kitab suci umat muslim, yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah Muhamad SAW, melalui malaikat jibril untuk dijadikan pedoman hidup. Langkah pertama beri mereka pengertian, bahwa inilah (Al-qur’an) sebagai pedoman hidup bagi mereka, ajari mereka membacanya, (lebih baik kita yang mengajarkannya langsung), berikan kabar gembira tentang pahala membaca al-qur’an, dan berikan contoh bahwa kita sebagai orang tua juga sangat mencintai al-qur’an, dengan membacanya setiap hari, membacanya saat shalat, mempelajari dan mendiskuiskan isinya bersama istri dan teman kita, serta berusaha mengamalkannya.
Mereka Perempuan
Hal lain yang kami lakukan dalam mendidik anak perempuan adalah membangun pemahaman dan kesadaran bahwa mereka bahwa mereka adalah seorang perempuan. Allah akan memberikan beban hukum (taklif) kepada manusia, baik laki-laki maupun perempuan ketika mereka sudah memenuhi kriteria. Ada beberapa hukum yang penerapannya berbeda antara laki-laki dan perempuan, beberapa hukum dalam Islam yang hanya berlaku bagi perempuan antara: Memakai jilbab dan kerudung (khimar), larangan keluar rumah sehari semalam tanpa mahram, haid, nifas, etika berdandan dan sebagainya. Sebagai orang tua, seyogyanya kita juga mempelajari hukum-hukum syari’at tersebut lebih mendalam, sehingga dapat menjawab pertanyaan anak yang saat ini cenderung lebih kritis.
Menanamkan Rasa Tanggung Jawab
Motivasi dan Kepercayaan Diri
Dulu ketika anak pertama saya masih di TK, saya mendorong ia untuk iku lomba hafalan qur’an, lomba yang tidak diikuti teman-teman lain disekolahnya, karena yang lain memilih lomba mewarnai, hal ini saya lakukan karena kecerdasan artistik (seni) yang dimiliki anak saya kurang, dan kemampuan daya ingat dan verbalnya cukup baik, saya terus mendorong dan memberi kepercayaan kepadanya bahwa ia bisa, tapi pas hari H, suaranya yang lantang dan jelas itu tiba-tiba jadi “redup” padahal ia sudah hafal betul beberapa ayat yang dilombakan. Mau tahu apa penyebabnya?? ternyata juri lomba semuanya laki-laki, dan ia waktu masih malu (kurang pe de) jika harus berhadapan dengan laki-laki.
Melihat kenyataan tersebut, saya berusaha membuat ia percaya diri dengan lebih sering mengajaknya bersilaturahmi, beberapa kali juga pernah saya ajak ke forum diskusi, pertemuan, penyuluhan yang kebanyakan pesertanya adalah laki-laki. Pada tahun ini, ia juga pernah mengikuti lomba ceramah (public speech) tingkat kabupaten, dan dengan sedikit polesan, anak perempuan pertama saya ini menjadi juara pertama dalam lomba tersebut.
Mencerdaskan
Siapa bilang anak perempuan tidak boleh pintar, menuntut ilmu adalah hak semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan, semuanya memiliki hak yang sama. Beberapa langkah yang kami lakukan agar anak memiliki pengetahuan lebih antara lain dengan mengajaknya diskusi, kadang saya dan istri bergantian memberikan tambahan pengetahun yang biasa kami presentasikan di depan anak-anak, baik melalui laptop, komputer atau white board, kami juga lebih sering mengajak mereka ke toko buku ketimbang toko baju di mall, rutin membaca buku, memiliki perpustakaan sederahana, dan mereka (anak-anak) menyaksikan itu setiap hari, dan akhirnya bagi anak pertama kami, membaca buku adalah hobinya, ia bilang “aku ingin seperti abi dan umi, rajin membaca.”
Membangun Impian
Setiap manusia sejatinya memiliki impian dan cita-cita, banyak langkah yang dilakukan untuk mengenal potensi anak, sehingga dapat menentukan impian dan cita-citanya kelak, salahsatu caranya adalah dengan analisa sidik jari anak. Saya memang belum melakukan cara tersebut, tapi saya selalu tanamkan kepada kedua anak perempuan saya, bahwa “teteh (kaka) dan dedek (adik) harus memiliki impian dan cita-cita dalam hidup, sebuah mimpi yang akan menjadikan kalian manusia yang bermanfaat dan mulia. Anak pertama saya bermimpi dan bercita-cita menjadi dokter mata, alasannya sederhana, ia ingin menyembuhkan mata saya yang minus, ia bilang “kasihan abi, ribet, kalo ngga pake kacamata ngga bisa liat dengan jelas” dan semoga cita-citanya bisa tercapai, aamiin.
Manusia yang Bermanfaat
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lain, itu yang saya dan istri yakini, semoga anak saya juga memahami hal ini. Seorang perempuan, sejatinya tidak hanya berfungsi sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Dengan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki ada baiknya ia juga mampu menuangkan ide, gagasan dan pengalamannya dalam membangun masyarakat, terutama untuk memberdayakan kaumnya.
Wallahu a’lam